Aku membuka pintu
depan yang tidak terkunci dan merebahkan diri di sofa. Aah.. lelahnya hari ini.
Banyak laporan yang harus diselesaikan. Dengan mengingatnya saja, aku bisa
melupakan rasa lelahku. Segera aku beranjak dari sofa, berjalan masuk menuju ke
kamar, dan mengeluarkan laptop dari dalam tas kerjaku. Sebenarnya aku masih
ingin merebahkan diri, tapi laporan ini harus selesai esok hari.
Aku baru saja meletakkan laptop pada meja kecil di sudut
ruangan, menghubungkan kabel charger-nya
dan menyalakan tombol kecil untuk mengaktifkannya. Tetiba terdengar suara
gemerisik di belakangku. Sepasang mata indah muncul dari kegelapan. Ah ya,
lampu di dalam kamar ini belum aku nyalakan. Meski demikian aku bisa dengan
jelas menatap pancaran mata itu. Selama beberapa detik, mataku beradu pandang
dengan matamu. Mata yang polos dan berbinar-binar. Wajah yang halus tanpa make up, ditambah bibir yang
mungil tanpa polesan.
Wajahmu!
Ya.. wajahmu yang seharian ini membuyarkan konsentrasiku di
kantor.
Hari ini kamu beda dari biasanya. Kau terlihat sangat
menakjubkan. Badan halus mulusmu kali ini hanya berbalut kaos tanpa lengan dan
celana pendek. Aah ya.. udara panas siang ini pasti menjadi alasanmu mengenakan
pakaian itu.
Tenggorokanku terasa tercekat. Buru-buru kualihkan
pandanganku darimu. Aku nggak mau kamu membuyarkan kembali niatku mengerjakan
laporan ini. Seperti memahami dilema dalam diriku, kamu hanya terdiam. Tak
bersuara. Dan jujur saja, hal itu justru membuatku menjadi penasaran. Mengapa
kamu hanya terdiam? Tidak seperti biasanya.
Kuarahkan pandanganku padamu dan mata kita kembali beradu
pandang. Kau pun menyunggingkan sebuah senyuman. Senyuman maut yang melenakan!
Aku mencoba mengalihkan pandangan dan menatap lurus pada layar monitor di
hadapanku. Seperti tak ingin menyia-nyiakan kesempatan, kamu bergerak perlahan
mendekatiku. Harum khas dirimu terasa semakin mendekat dan tanganmu pun
akhirnya menyentuh kulitku. Aku sungguh tak berdaya!
Aku kalah. Aku menyerah. Dan kulupakan segalanya. Tentang tetek
bengek masalah laporan itu? Ah.. itu semua bisa menunggu. Tapi tidak tentangmu.
Untuk kali ini aku tak dapat membohongi perasaanku. Ya, sekarang ini hanya satu
yang terlintas di kepalaku.
Aku maunya kamu. Titik.
Segera saja kubalikkan tubuhku dan kurengkuh dirimu. Kucium
pipimu, lehermu.. dan perutmu. Membaui seluruh bagian tubuhmu yang menggodaku.
Dan gelak tawamu menandakan kalau kau menikmati semua itu. Hingga akhirnya aku
mendengar suara.
“Sayang... kamu dimana?”
Suara istriku!!
Aku dan kamu sama-sama terdiam. Aku belum bisa berpikir jernih
dan tiba-tiba saja pintu kamar menjeblak terbuka ... dan ia melihat
kita...!
Suara istriku kembali terdengar.
“Ooh.. sayang.. ternyata dede sama papa ya..? Yuuk maem bubur
dulu..”