Senin, 25 Maret 2013

Tak pernah sama

boneka


“Ibu! Lihat! Aku bawa boneka untuk Risa!”

Ibu tersenyum kemudian berkata, “Lucu sekali. Mudah-mudahan Risa suka. Ibu antar ke kamarnya sekarang?”

Bayu mengangguk senang. Senyum tak pernah lepas dari wajahnya. Ia mengekor di belakang ibunya, menemui Risa.

Ibu menyerahkan boneka itu kepada Risa yang tengah terbaring di atas tempat tidur. Kedua matanya sembab. Ia masih terlihat terpukul.

Menyadari kedatangan ibu dan Bayu, Risa memaksakan diri untuk duduk di atas pembaringan. Badannya ditegakkan. Melihat ibu membawa boneka bayi, Risa tampak terkejut. Kedua matanya menatap boneka itu dan Bayu bergantian. Pikirannya penuh tanda tanya.

“Apa ini?” tanyanya.

“Itu untukmu, Risa. Mudah-mudahan kamu nggak sedih lagi ya?” Bayu menjawab tulus. Tapi Risa terlihat murka. Air matanya tumpah seketika.

“Tapi ini boneka, mas! Ini boneka. Yang meninggal itu bayi kita. Anak kita. Semua nggak akan pernah sama lagi. Kamu nggak ngerti perasaan aku. Nggak ada yang ngerti.” Risa membenamkan wajahnya di atas bantal.

Menangis.

Bayu terdiam. Mencoba mencerna ucapan Risa, istrinya. Usianya memang 27 tahun, namun pemikirannya tak lebih dari seorang bocah lelaki berusia 9 tahun.

-selesai-

Bandung, 9 Maret 2013

Ide kedua #Promptchallenge #4

0 komentar: